Saturday, July 18, 2009

UNDANGAN

“a-a-a-apa? Yasudah, aku tahu kau leleah. Kalau orang lelah pikirannya kemana-mana. Bener kan? Ayo, itu sopirku sudah menunggu!”
“apa? Kau tidak bisa mengusirku? Aku masih ingin disini!” 

Dia tidak menjawab. Hah, masa bodohlah, urusan apa aku dengan dia? Seolah aku pacarnya dan begitu peduli. Walaupun dia memang ganteng tapi kalau belagu seperti itu apa gunanya. Buat apa juga aku memaksa-maksa aku ingin tetap dirumahnya. Aku langsung berlari keluar rumah besar dan penuh kebohongan ini. Tak perlu repot-repot membuka pintunya yang besar ini aku sudah dibukakan oleh “pengawal-pengawal kerajaannya” ini. 

Hah, sudahlah, kalaupun dia pangeran apa untungnya buatku? Memangnya aku bakal mendapat uang? Tidak, aku tidak akan mendapat uang, tapi aku akan mendapatkan kenyataan yang selama ini diceritakan di dongeng-dongeng. Aku tidak perlu mengkhayal lagi. Aku sudah disini. Ya, aku sudah disini, aku hampir mendapatkannya. Aku hampir mendapatkan prince charmingku dan keindahan negri dongeng. Aku tidak perlu menyebutnya dongeng lagi, tapi true life story. Oh my god bagaimana aku ini?

Aku sudah sampai di mobilnya. Duk, duk, duk, duk, kupentok-pentokkan kepalaku dimobil bodoh ini. Sadar, dreaming girl, sadar. Aku terlalu banyak mengkhayal. Bagaimana kalau yang dikatakan Arthur benar. Dia Cuma cowo biasa. Dan foto itu hanya foto studio. Dan rumahnya hanya karena kebetulan dia kaya. Dan orang-orang itu hanya pembantu rumah tangganya. Ya, mungkin Arthur benar. Aku harus mempercayai itu.

Hari demi hari berlalu. Aku sudah tidak mempedulikan omong kosong tentang negri dongeng. Ingin rasanya aku membakar semua buku-buku dongeng ku. CERITA DI DONGENG TAKKAN PERNAH JADI KENYATAAN. Itulah alas an mendasar aku ingin membakarnya. Tapi, aku tidak membakarnya. Itu kenanganku semasa kecil. Jadi kuputuskan untuk hanya tidak menyentuh dan membacanya lagi. dan aku lebih sering membaca buku pelajaran. Sekolah semakin susah saja. Dan disanalah sekarang aku berdiri.

“Shelly, Mba Seli!” Meghan, Meghan, ada ada saja memanggilku seperti itu. Meghan tau aku tidak suka dengan nama-nama sok bule. Ya, biarlah, namaku lebih bagus begitu sepertinya, sok bule.
“Kenapa? Berisik banget. Kan di lorong sekolah ga boleh lari-lari.” Garret menyusul dari belakang Meghan. Mereka selalu bersama-sama. Aku pernah mengusulkan mereka untuk pacaran. Tapi, mereka malah tatap-tatapan dan tertawa yang kencang. Huh, kan idenya bagus. Ternyata Meghan sependapat denganku, Garret adalah Best Man kami berdua. Ya, kuterima itu.

“Kau tau? Arthur mau membuat pesta perayaan kemenangan Tim Futsal Toutooth Dutch International Junior High School di rumahnya malam ini!! AAAAAAA!!!!”
“ah! Masa? Aku engga dapet undangannya? Yaahhh, kok jahat sih?”
“Ah, masa? Check aja lokermu aku juga dapet dari dalem loker. Kayaknya dimasukkin lewat ventilasi.”
“Oh, yayaya, aku belom ngecheck loker”
“You better hurry up”
“Hei Garret! Hihihi” kutampar pelan wajahnya. Kalau sedang berbicara lemas seperti itu wajahnya lucu dan aneh. Aku langsung berlari ke loker. Tak kusangka Meghan juga ikut berlari. Karena aku dan Meghan berlari terpaksa Garret berlari juga. Padahal kan ini dilorong, tidak boleh berlari. Ah, siapa peduli, osisnya juga ga ada.

Kubuka lokerku cepat. Dan amplop putih cerah merosot dari lokerku. Dengan pita besar disampingnya amplop itu terlihat sangat lucu. Bahannya pun licin dan keras. Hebat sekali, mau buat pesta perayaan kemenangan saja seperti sudah mau kawinan. Kubuka dalamnya perlahan-lahan membuka amplopnya agar tidak rusak. Biar aku bisa memajangnya dikamar. 

Kertas di dalamnya perpaduan warna emas dan putih. Pestanya diadakan malam ini, di CASTLE CAFÉ. Apa? Castle café? Café dimana tuh? Aku yang sudah melupakan urusan omong kosong dongeng ini pun kembali teringat masa-masa aneh. Dan anehnya cafenya tak jauh-jauh dari rumahnya. Petanya pun disediakan agar tidak tersesat. Lagipula, siapa sih yang tahu alamat asing seperti ini. Mana ada café terpencil seperti itu. 

Dress code nya mudah, feel like a prince and a princess. Aku sudah banyak baju princess-princessan. Aku mau pakai baju Cinderella aja. Itu gaunku yang terbaru. Ibuku baru saja membelikannya karena minggu lalu ibuku melihat harga gaun ini sangat murah dan bagus. Sepatu kaca aku juga punya, sudah lama tapi masih muat karena pertumbuhan kakiku yang lambat sehingga tersa tidak tumbuh. 

Sepatu ini dibeli saat sedang jama-jamnnya sepatu kaca, tapi ini kaca benran kok. Bukan yang palsunya. Teganya ibuku yang penggemar dongeng mebelikan sepatu kaca palsu. Ibuku jago urusan salon-salonan. Sebelum menikah ibuku ikut kursus salon menyalon. Jadi jadi pasti ibuku bisa dengan sangat mudah menyanggul rambutku seperti Cinderella. Tak perlu diberi hair spray warna kuning. Cinderella juga pantas menggunakan rambut coklat.

Aku pun memutuskan untuk naik mobil bareng Meghan dan Garret nanti malam. Sopirnya Garret yang akan mengantar kesana. Garret memang baik, aku sayang sekali pada Garret. Dia tidak aneh bermain dengan kami berdua, aku dan Meghan. Meghan ingin memakai gaun besar biasa. Bukan mengikuti cerita dongeng. Dan Garret ingin memakai jas-jas sangat rapih seperti Pangeran Harry atau Pangeran William. Katanya pangeran zaman moderen. Aku ikuti saja kata-katanya.

Aku sudah sampai rumah. Aku tapi belum meberitahu ibuku. Kalau diberitahu pasti kesenengan. Dan ternyata benar. Ketika kuberitahu ibuku langsung sibuk sendiri mencari-cari perlatan make-upnya. Dan akupun langsung mandi air hangat, setelah itu berpakaian. Memakai bajunya gampang. Selain karena model gaunnya biasa dan aku sudah terbiasa memakai gaun. Rambutku langsung ditarik-tarik oleh ibuku. Berusaha meluruskan rambutku agar disanggulnya lebih bagus dan rapih.

Setelah jadi aku di make up. Tipis saja, Cuma mau di café doang. Setelah itu mencoba sepatu kacaku. Syukurlah masih muat. Aku berputar-putar di kaca dan menyadari aku lumayan cantik. Tapi, pasti setelah melihat Marissa, Melanie, dan Zara aku pasti menunduk sendiri. Kusebut mereka Geng Cantik. Tapi mereka ga sombong kayak di film-film gitu. Ada geng yang belagu-belagu. Terus lebih kerennya lagi mereka kesana udah sama pacarnya masing-masing.

Pacarnya juga Ganteng-ganteng. Marissa pacarnya namanya Fadhil, dia sekelas denganku. Dan untungnya dia bisa mengalahkan tingginya Marissa, kalau engga bisa malu sendiri. Dan Melanie pacarnya Hegy, badannya besar, tapi engga gendut. Dan Zara pacarnya Riley. Rambutnya keriwil-keriwil lucu gitu. Seneng ngeliat rambutnya. Tapi tetep ganteng. Dan yang terganteng dari 3 cowo itu pacarnya si Marissa. Dan yang terjelek pacarnya Melanie. Soalnya badannya serem.

Garret sudah menjemput, setelah berpamitan dengan ibuku aku berangkat. Garret membawa mobil alphard, katanya biar gaunnya Meghan bisa masuk. Soalnya emang beneran gede. Dalemnya dikasih kawat gitu biar ngembang. Agak jaman dulu tapi bagus. Mungkin putrid dari kerajaan jaman dahulu. Dan benar, Garret hanya pakai tuksedo. Celana bahan panjang, kemeja putih bergaris-garis hitam, dasi warna merah terang, dan jas hitam rapih. Heks, lebih ganteng dari biasanya dia.

Aku masih sempat berkomentar panjang tentang baju Garret. Dan dia tidak capek mendengar aku berbicara panjang dan cepat. Yah, sekali lagi Garret memang baik. Dan setelah agak pusing membaca peta sampailah aku di Castle Café. Ya, benar, seperti yang kubayangkan, ini memang istana. CASTLE.

0 comments:

Post a Comment