Tuesday, September 29, 2009

DANSA

Tidak mau cari gara-gara aku langsung saja masuk. Lagipula aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan didalam. Huh, ini semua gara-gara Meghan dan Garret. Seandainya mereka tidak tertawa-tawa terus sepertiorang kesetanan aku pasti bisa mendengar percakapan mereka sampai akhir dari luar sana. Bukan dari dalam ruangannya. Huh, apa boleh buat. Mereka sudah melakukannya.

Kukira Meghan dan Garret akan lebih terpingkal-pingkal ketika masuk ke dalam ruangan., ternyata ketika masuk tampang mereka menunjukkan tampang “aku tidak tahu apa-apa mengapa aku masuk sini”. Setelah kami ber3 masuk kami tidak ditanyai apa-apa. Ruangan malah hening. Aku langsung menyapa.

“Hai Arthur” entah kenapa mengucapkannya terasa ringan. Seperti saat kau bertemu teman sekelasmu di lorong sekolah. Ringan, tanpa beban, dan ramah.

“mh.. Shelly” Arthur mebuang nafasnya dahulu sebelum menyebut namaku. Apa salahnya aku menyapa? Aku kenal kok dengan Arthur. Atau dia mungkin lupa namaku? Kalo aku sih, biasanya melakukan itu saat tertekan atau lelah.

“Meghan, Garret” Arthur menyebut nama Meghan dan Garret. Padahal baru beberapa detik aku sudah lupa ternyata mereka ikut dan berdiri di belakangku.

“Shelly, hmm nice name. ohmygod, dismiss” ibunya seperti berpikir. Ayahnya terus duduk sambil memainkan hapenya. Entahlah mungkin urusan bisnis.

“excuse me mom, can I dismiss too?” Arthur bertanya kepada ibunya seakan ibunya adalah Ratu berkedudukan tinggi dan dia adalah rakyat.

“you are excused” balas ibunya pelan.

Kami bertiga pun keluar. Dan ternyata Arthur menuyusul di belakang. Meghan dan Garret mengeluarkan ungkapan-ungkapan konyol tentang kejadian barusan namun bisik-bisik dan cepat. Mereka menganggap ini aneh. Seperti aku tidak merasa aneh saja. Arthur sedikit berlari dan berdiri disampingku. Ah, Meghan dan Garret langsung mundur dan berdiri berdua dibelakangku. Ah, mereka sengaja melakukannya. Aku ingin bertanya pertanyaan paling dasar kepada Arthur. Sebelum aku membuka mulut dia sudah menjawab.

“Tidak, hanya maslaha ibu dan anak biasa” jawab Arthur ringan sambil tersenyum di akhir kalimat. Entah mengapa aku seperti berpikir ‘he is my Edward Cullen’. Tapi aku terus berpikir oh bukan bukan bukan. Lebih baik menyukai Jack atau Jill ketimbang menyukai Arthur anak cowo aneh dengan perilaku aneh. Aneh, mungkin bahasaku salah. Aneh, bukan aneh ya aneh. Tapi aneh hmm mungkin rumit lebih tepat.

Tak kusangka acara band-band kerasnya sudah berakhir. Sekarang sudah ada Marissa diatas panggung menyanyikan lagu So Close soundtracknya film Enchanted. Kau tahu siapa yang menyanyikanya? Yap, John McLaughlin yang bernama belakang sama dengan Arthur. Suara Marissa sangat merdu. Bening dan enak didengar. Sebenarnya suaraku bagus juga. Aku ikut padus di sekolah. Ah tapi aku tidak mau menyanyi disini.

Semua anak sudah berdansa. Ya ampun, ini kan bukan prom night. Buat apa dansa-dansa bodoh seperti ini. Seperti bisa saja dansa seperti di film another Cinderella story. Yah mungkin sebenarnya kau tidak usah dansa seperi itu. Mungkin berpegangan dan sedikit jalan kanan kiri sudah cukup. Kulihat Fadhil berdiri didekat panggung tak ada teman berdansa karena pacarnya bernyanyi diatas panggung.

Ah aku tak ada pasangan juga gapapa. Aku kan gamau dansa. Meghan juga berdiri disampingku. Melihat sekeliling. Garret? Tak usah ditanya. Dia berdiri disamping Arthur tidak berdansa. Kenapa Arthur tidak berdansa. Oh ya, cewenya udah dapet pasangan semua hmm kecuali aku dan Meghan. Kalau dia ingin berdansa dengan Fadhil ya gapapa. Tiba-tiba Ada yang mkenyebut namaku.

“Shelly, ga ikutan?” Meghan bukan Meghan. Ah Arthur, aku malas berbicara dengannya. aku malas mengingat kejadian bodoh dan rumit tentangnya.

“Ah, aku malas berdansa-dansa seperti ini. Meghan juga.. ah” sial Meghan sudah berdansa sambil tertawa-tawa dengan Garret. Ternyata merghan sudah pergi daritadi.

“Ayolahhh” Arthur menarikku ke tengah cafĂ©. Ah sial seharusnya tidak ada yang bisa memaksaku berdansa. Aku tidak mau berdansa.

Entah kenapa sepertinya Arthur bergerak seperti sudah bisa berdansa macam seperti ini. Gerakanya teratur. Aku mengikuti saja. Sambil terus memasang wajah biasa. Arthur memasang wajah agak tersenyum. Atau memang karena wajahnya ganteng tidak tersenyum atau tersenyum membuatnya terlihat seperti tersenyum? Ah konyol. Ngomong-ngomong sekarang jam berapa?

Oh tidak Garret bilang jam 10 sudah harus pulang, dan sekarang jam 10 kurang. Harus bilang apa aku ke Arthur. Yasudah aku tunggu Garret nyamperin aja. Ternyata Garret udah nyamperin.

“Hey shelly, ayo kita pulang. Kan aku sudah bilang kita pulang jam 10 kan?”

“iya ayo pulang” jawabku cepat. Kalau begini caranya aku jadi ingin cepat pulang. Tapi kalau aku Cuma duduk saja sambil mengamati aku belum ingin pulang.

“bye Arthur!” kata Meghan kencang.

“bye Meghan Garret, bye Shelly hm..” kata Arthur, ah kenapa ketika menyebut namaku suaranya memelan. Mungkin iya Meghan lebih sering tersenyum, ramah, rambutny dan pakaiannya rapih. Tapi aku kan tidak membuat orang yang bertemu denganku langsung lemes. Aku pun disikut Meghan dan aku menatapnya. Oh iya aku belum membalas omogan Arthur. “oh ya bye Arthur.”

Selama perjalanan ke rumahku Meghan terus bercerita tentang tampangku saat berdansa dengan Arthur. Dan kegantengan Arthur saat berdansa. Sambil terus tersenyum-senyum girang. Lalu megatakan tampangku seharusnya. Yaitu seharusnya aku senang dan Meghan mengatakan dia iri. Mengatalan kalau aku tidak mau Meghan juga mau. Dan lain-lain. Ah aku hanya bilang aku tidak suka berdansa dan bercerita sedikit agar Meghan semakin iri. Dan benar wajah Meghan terlihat seperti Fat Boy yang melihat gudang coklat gratis.

Dan yang dilakukan Garret hanya memainkan hapenya. Mengatur musik di cd player mobilnya. Membuka dasinya. Dan mungkin membalas sikutan yang diberikan oleh Meghan saat dia tidak mau mendengarkan pembicaraan Meghan. Dan aku terus tertawa melihat wajah Garret yang pusing dengan Meghan. Atau wajah Meghan yang kesal karena Garret tidak mendengar bahkan karena sikutannya dibalas terus Ah, mereka emang ga mungkin jadian.

Akhirnya aku sampai dirumah setelah berterimakasih dengan Garret dan supirnya. Aku mengucapkan goodbye kepada Meghan dan Garret. Lalu keluar dari mobil. Bisa kutebak pasti Garret langsung berusaha tidur sekarang mungkin dia piker itu lebih baik ketimbang celotehannya Meghan. Ibuku belum tidur.

Lampu masih menyala dan suara speasang kekasih yang sedang bertengkar dari acara telenovela di televise masih terdengar. Sepertinya ibuku menungguku. Pintunya langsung dibukakan. Senyuman senang ibuku mengembang di pipinya.

“hey mom” sapaku tersenyum. Lalu ibuku memelukku lalu bertanya bagaimana acaranya dan bagaimana cafenya.

Aku mengatakan ingin cuci muka dulu di kamar mandi. Bukannya duduk dulu ibuku mengikuti ke kamar mandi sambil terus bertanya. Aku tahu apa yang dicari ibuku. Pasti apakah aku dengan cowo kecuali Garret. Kubilang saja aku berdansa dengan Arthur. Ibuku kaget bukan kepalang. Ibuku bertanya seperi apa Garret itu. Dan mengatakan aku harus menunjukkan fotonya kepada ibuku.

ibuku ternyata sudah menyiapkanku baju tidur. Sekalian saja kuganti baju tidurku. Ah sial, ibuku membawakan gaun tidur. Aku tidak suka memakai gaun tidur. Aku sukanya memakai tie-dye. Lebih enak dipakai. Ah tapi aku juga malas mengambil baju lain. Akhirnya ibuku mengajak duduk di depan sambil menceritakan acar barusan.

Akupun duduk di sofa depan sambil memijat-mijat kakiku yang capek. ibuku terlihat girang sekali, tak ada wajah mengantuk. Aku memang satu-satunya tempat ibuku bercerita. Dan aku juga senang mendengarkan tapi kurang suka bercerita. Setelah ibuku menyuruhku pindah ke kamarnya. Aku pun ketiduran saat mendengar komentar ibuku. Besok aku harus sekolah. Dan aku tak akan mengingat segala hal-hal bodoh ini.

0 comments:

Post a Comment